Postingan

Menampilkan postingan dari 2019

Ayo Berkebun di Halaman Rumah

Gambar
B erada di pekarangan rumah pasangan Rinny  dan Razad Binol , di kawasan Ciputat, selatan Jakarta, rasanya nyaman sekali. Halaman itu bukan cuma indah oleh rona tanaman hias dan pohon buah-buahan, tapi juga segar oleh berjenis sayur-mayur tipe dataran rendah, seperti kecipir, bayam, terung ungu, labu air, oyong, dan ... banyak lagi. Di pekarangan rumah Nyonya Yusma Subeno  di bilangan Rempoa, Jakarta Selatan, juga terdapat berbagai jenis sayur yang umumnya dijual di pasar-pasar tradisional. Tomat, terung jepang, daun katuk, daun kemangi, seledri, daun melinjo, sawi hijau, daun kencur, bayam, paria, kangkung, bahkan juga kol, selada, dan daun lectus  pelengkap hamburger . "Istilahnya ... untuk sekadar makan sayur sehari-hari, kami tinggal membeli garam dan terasi saja. Bumbu-bumbu dapur yang umum, seperti daun bawang, seledri, kunyit, dan lengkuas, juga tersedia di halaman," ujar Rinny. "Untuk keperluan sehari-hari, saya tinggal membeli beras," ucap Ny.

KULIAH KERJA NYATA: Penjernih Air untuk Membantu Transmigran

Gambar
F uad Atthoriq (22) mengangkat dua gelas. Satu gelas berisi air berwarna kecokelatan, sementara gelas lain berisi air bening. "Ini sama-sama air dari sungai di sini, tetapi yang satu sudah dimurnikan melalui beberapa proses," katanya. Fuad lalu menunjukkan instalasi penjernih air yang ia pakai untuk "menyulap" air kotor kecokelatan menjadi air bening tak berwarna. Instalasi yang terdiri atas sejumlah pipa dan bak penampung air itu terpasang di halaman belakang Puskesmas Rasau Jaya, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat (Kalbar). Sabtu (27/7/2019) sore, Fuad memperagakan cara kerja instalasi penjernih air tersebut. Fuad adalah mahasiswa Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, yang tengah melaksanakan Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN PPM) di Kecamatan Rasau Jaya. Dalam pelaksanaan KKN di Rasau Jaya, UGM bekerja sama dengan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi. Sejak 30 Juni hingga 18 Agus

Gerakan "Serba Kecil" Landa Amerika Serikat

Gambar
Myrna Ratna Sejak krisis finansial 2008, sebagian warga Amerika Serikat mengubah pola pikir dan gaya hidup mereka. Dari yang "serba besar" menjadi "serba kecil" dan membumi. H ampir sebagian besar warga Amerika selama ini meyakini moto "semakin besar, semakin baik". Tatanan konsumerisme telah membius mereka menganut gaya hidup yang serba besar dan berlimpah. Lihatlah porsi makanan di resto-resto cepat saji yang semakin lama semakin besar, pinggiran kota yang dipenuhi rumah-rumah megah dengan halaman luas, sampai pusat-pusat rekreasi dan mal yang dibangun di lahan ratusan hektar. Semua itu seakan lekat dengan simbol kemakmuran AS. Kini, fenomena itu perlahan berubah. Puluhan ribu keluarga di berbagai negara bagian di AS melakukan "revolusi mental" dengan meyakini bahwa less is more , semakin kecil semakin bermakna. Mereka beramai-ramai meninggalkan rumah superbesarnya dan memburu rumah mungil dengan ukuran kurang dari 40 meter perse

RICI SOLIHIN: "Saya Belajar Membuat Paprika Berkualitas Bagus"

Gambar
RICI Solihin, pemuda asal Desa Pasirlangu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat, tidak menyangka dari hobinya bermain game online Farmville menjadikannya sebagai petani. Rici yang merupakan jebolan jurusan Manajemen Universitas Padjajaran ini berbeda dari sarjana lain yang ingin kerja kantoran, pemuda 29 tahun ini lebih memilih untuk "pulang kampung" dan mengembangkan potensi tempat orang tuanya membesarkannya. "Saya dulu hobi bermain game online  yang bertani seperti Farmville, Harvestmoon, dan lain-lain. Ibu saya bilang daripada bertani di game  mending bertani langsung karena pasti lebih menghasilkan. Mulai dari situ saya mencoba untuk bertani paprika yang menjadi potensi di daerah saya," kata Rici di Jakarta, akhir April lalu. Berkat usahanya bercocok tanam paprika yang diberi nama Paprici ini, ia berhasil dinobatkan sebagai Microentrepreneur of the Year (pengusaha terbaik) di ajang Citi Microentrepreneurship Awards (CMA) 2018-2019 yang di

Muryani: Inovasi Destilator Sampah Plastik

Gambar
Defri Werdiono Sejak tahun 2009, Muryani (60) yang mengenyam pendidikan sampai kelas 1 SMP berhasil membuat destilator sampah plastik secara otodidak. Sembilan tahun terakhir, dia memproduksi destilator yang mengubah sampah plastik menjadi bahan bakar minyak sebanyak lebih dari 100 unit. Di tengah panas terik yang menerpa pinggir Kelurahan Wlingi di Kecamatan Wlingi, Kabupaten Blitar, Jawa Timur, Kamis (23/6/2019) siang, Muryani beristirahat sejenak. Dia sedang berada di kantor bank sampah tingkat kelurahan, tepat di sisi makam desa. Sementara itu, di bengkel kerja yang berlokasi tidak jauh dari Muryani berada, salah seorang anaknya, Diding Rulianto, sibuk menyelesaikan destilator pesanan konsumen. Alat itu dibuat secara manual. Dibantu oleh adik kandung Suripto dan Diding, Muryani membutuhkan waktu rata-rata 20 hari untuk membuat sebuah destilator. Satu unit mesin berkapasitas 10 kilogram sampah dijual seharga Rp 30 juta, kapasitas 30 kilogram seharga Rp 55 juta, da

Kala Orang Malu Terbang

Gambar
Dampak buruk perubahan iklim sudah terasa. Di Eropa dan Amerika Utara muncul gerakan bagi warganya untuk memilih tidak naik pesawat saat bepergian. S emua orang bisa berkontribusi mencegah dampak buruk perubahan iklim dengan mulai melakukan hal-hal kecil. Salah satu contohnya, tindakan yang dipilih keluarga Pia Bjorstrand, pengacara di Swedia. Mereka memilih tidak menggunakan pesawat terbang saat bepergian jauh. Alasannya, pesawat dinilai sebagai penghasil emisi gas rumah kaca yang besar. Ketika menjelajah bagian utara Eropa saat libur musim panas ini, bersama suami dan dua anak laki-lakinya, Bjorstrand memilih naik kereta, bukan pesawat terbang. Apa yang dilakukan keluarga Bjorstrand merupakan bagian dari gerakan kecil yang terus tumbuh di Eropa dan Amerika Utara. Gerakan itu mencoba berkontribusi mengatasi dampak perubahan iklim dengan apa yang mereka bisa lakukan, yaitu mengubah kebiasaan saat bepergian jauh. Di Swedia, negara asal aktivis perubahan iklim Greta Thunberg (16)

Cara Benar Menghemat Baterai Ponsel Pintar

Gambar
Baterai ponsel pintar ( smartphone ) Anda sering habis? Padahal, kapasitas baterai Anda sudah besar. Hal ini mengindikasikan ada pengaturan yang mungkin belum dimengerti sehingga menyebabkan baterai menjadi boros. HAL yang biasa para pengguna lakukan adalah menghentikan beberapa aplikasi agar konsumsi baterai menjadi berkurang. Namun, ternyata tidak hanya cara itu yang bisa dilakukan agar ponsel pintar Anda tidak lekas habis. Berikut ini beberapa cara yang bisa dilakukan untuk bisa menghemat baterai ponsel Anda. Menurunkan tingkat kecerahan Terang atau tidaknya cahaya layar ponsel sangat memengaruhi konsumsi daya ponsel. Semakin cerah layar ponsel, daya baterai akan semakin besar yang digunakan. Atur sendiri sesuai kebutuhan dan jika siang hari aturlah menjadi lebih gelap. Beberapa orang memilih menggunakan fitur otomatis yang mengatur tingkat kecerahan ponsel. Hal tersebut juga akan menguras baterai lebih cepat ketimbang mengatur secara manual. Mematikan sinyal radio tidak pen

KETAHANAN PANGAN: Sumber Pangan Lokal Dayak Terancam Alih Fungsi Lahan

Gambar
KASONGAN, KOMPAS -- Pangan lokal menjadi kunci ketahanan pangan masyarakat Dayak. Baik penyedap makanan maupun sumber karbohidrat bisa didapat dari hutan dan sungai yang saat ini kian terancam. Di Kabupaten Katingan, Kalimantan Tengah, khususnya di tiga desa, yakni Desa Tewang Karangan, Dhian Tunggal, dan Desa Tumbang Lawang, masyarakat sangat bergantung pada hutan dan ladang di sekitar rumah. Mereka menerapkan sistem pertanian tumpang sari, di mana ladang padi ditanami sayuran. Di tiga desa itu ibu-ibu memanen sayur dan mencari bumbu masakan di hutan sekunder. Sementara kaum laki-laki mencari ikan di Sungai Katingan. "Ada daun sepang untuk penyedap rasa. Kami tidak menggunakan micin di sini," kata Utami Dewi (36), warga Dahian Tunggal, Rabu (10/4/2019). Sementara di Desa Tumbang Lawang, ibu-ibu membuat sayuran dari buah sirsak muda, pisang muda, dan banyak lagi. Sayuran itu mampu memenuhi karbohidrat dan protein untuk pengganti nasi. "Kalau tidak ada beras, maka

HUTAN ADAT: Merawat Tembawang, Merawat Kehidupan

Gambar
Emanuel Edi Saputra Hutan bagi suku Dayak tidak hanya aset ekonomi. Lebih dari itu, hutan menjadi simbol persatuan, spiritualitas, menyimpan nilai historis, dan ruang mentransfer pengetahuan antargenerasi. S embolon (44), warga Dayak Tae di Desa Tae, Kecamatan Balai Batang Tarang, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat, menapaki hutan di desa itu. Di lengannya tergantung wadah dari rajutan rotan yang oleh masyarakat setempat disebut ngkalakng . Saat tiba di pohon buah lokal yang disebut mpuak, Sembolon memanjat dan memanen buah itu, kemudian memasukkannya ke ngkalakng . Buah mpuak  itu bentuknya bulat berdiameter 4-5 sentimeter, kulitnya merah kecokelatan, isinya putih menyerupai manggis, dan rasanya manis. Selain buah mpuak , di hutan itu ada juga buah rambai yang kulit dan isinya putih menyerupai duku. Ada pula buah durian dan manggis. Selain buah-buahan, terdapat pula tanaman obat, misalnya daun patah kemudi untuk obat demam, sakit perut, dan bengkak. Selain itu, kumis kucing

Masih Ada yang Tertinggal

Gambar
Air bagi semua dan tak boleh seorang pun tidak mendapatkannya. Itu sulit tercapai jika melihat realitas komodifikasi air sebagai barang ekonomi dan akses tak merata. Hak asasi atas air jauh dari jangkauan. A genda Pembangunan Berkelanjutan 2030 menekankan keadilan, kesetaraan, dan memilliki moto no one left behind . Semua harus menikmati semua. Demikian juga tentang air. Air ialah sumber kehidupan dan kebutuhan dasar makhluk hidup. Maka, Hari Air Sedunia tahun 2019 diperingati tiap tanggal 22 Maret mengusung tema "Tak Meninggalkan Siapa Pun". Sasaran ke-6 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan yakni memastikan tercapainya ketersediaan dan pengelolaan air berkelanjutan bagi semua orang pada 2030. Target itu bermakna: tak seorang pun boleh tertinggal, semua mendapatkan. Pencanangan Hari Air Sedunia dilakukan sejak 1992, lebih dari tiga dekade lalu, tetapi hingga kini soal kebutuhan dasar hidup itu tak teratasi. Masalah ketersediaan air tak terbatas pada hal teknis, tetapi ada b

Lestarikan Air, Mulai dari Diri Sendiri

Gambar
USAHA pelestarian air membutuhkan keterlibatan semua pihak. Tak hanya pemerintah, masyarakat pun punya tanggung jawab yang sama besar, meski dalam lingkup yang lebih kecil. Ada banyak cara yang bisa kita lakukan untuk turut menjaga sumber daya paling berharga ini. Direktur Jenderal Sumber Daya Air (SDA) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Hari Suprayogi menekankan pentingnya peran masyarakat ini ketika diwawancarai pada Senin (18/3/2019). Hari mengatakan, upaya-upaya untuk menjaga air harus menyeluruh, mulai dari yang struktural sampai dengan nonstruktural. "Yang nonstruktural misalnya menanami kembali daerah hulu sehingga bisa kembali menangkap air. Ada juga aspek kultural yang menyangkut kebiasaan atau pola hidup masyarakat. Menjaga sumber air dari sungai bisa dilakukan dengan hal sederhana, tidak membuang sampah ke sungai misalnya," ujar Hari. Selain itu, ada beberapa upaya lain yang bisa dilakukan di rumah. Pertama, menggunakan kembali air

Lo Siauw Ging: Mengabdi untuk Kemanusiaan

Gambar
Erwin Edhi Prasetya Semangat melayani dan mengobati pasien masih menyala-nyala dalam diri dokter Lo Siauw Ging. Walaupun usianya sekarang menginjak 84 tahun, dokter tanpa tarif di Kota Solo, Jawa Tengah, ini masih ingin terus mengabdikan diri untuk kemanusiaan. " S elama saya masih bisa, saya akan terus bekerja," ujar dr Lo Siauw Ging MARS di Rumah Sakit Kasih Ibu, Solo, Jawa Tengah, Kamis (14/3/2019). Selain praktik di RS Kasih Ibu, dr Lo juga membuka praktik dokter umum di rumahnya di Jalan Jagalan No 27 Solo, setiap Senin-Sabtu pukul 16.00-20.00. Di usianya yang sudah senja ini, dr Lo masih melayani 20-30 pasien per hari. Ketika masih muda dulu, pasiennya bisa mencapai 100 orang sehari. "Pasien tentu sudah berkurang karena saya sudah tua," ujarnya. Dr Lo tidak pernah menetapkan tarif kepada pasiennya. Pasien dari kalangan masyarakat miskin tak dimintai bayaran sama sekali. Tidak hanya menggratiskan mereka, bahkan Lo juga menebus tagihan obat pasi

Berkah Makanan Berlebih

Gambar
Sejuta kata makanan tidak akan pernah mengenyangkan, begitu kata Tan Malaka. Tanpa tindakan nyata tak akan mengubah apa pun. Sebagian anak negeri berinisiatif mengumpulkan makanan berlebih untuk didonasikan kepada kalangan yang membutuhkan. Nasib makanan pun terselamatkan dari akhir di tong sampah. SAIFUL RIJAL YUNUS/AMBROSIUS HARTO/FRANSISCA ROMANA R amai celoteh anak rerata berumur 10 tahun terdengar dari sebuah rumah di kawasan Pademangan, Jakarta Utara, Minggu (10/3/2019) sore. Mereka tertawa, berteriak, saling ganggu, dan bermain dengan asyik. Bising suara mereka terdengar hingga keluar. Tetangga yang rumahnya berdempetan mengintip dengan senyum dari gang kecil yang hanya bisa dilalui satu motor. Suasana heboh mendadak surut saat sekitar 30 anak ini diarahkan untuk duduk rapi. Mereka berjejer memenuhi ruang tengah rumah yang juga Sekretariat Yayasan Kemah Kasih, rumah singgah tempat belajar karakter dan berbagai hal lain di kawasan padat penduduk ini. E
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...