Lestarikan Air, Mulai dari Diri Sendiri
USAHA pelestarian air membutuhkan keterlibatan semua pihak. Tak hanya pemerintah, masyarakat pun punya tanggung jawab yang sama besar, meski dalam lingkup yang lebih kecil. Ada banyak cara yang bisa kita lakukan untuk turut menjaga sumber daya paling berharga ini.
Direktur Jenderal Sumber Daya Air (SDA) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Hari Suprayogi menekankan pentingnya peran masyarakat ini ketika diwawancarai pada Senin (18/3/2019). Hari mengatakan, upaya-upaya untuk menjaga air harus menyeluruh, mulai dari yang struktural sampai dengan nonstruktural.
"Yang nonstruktural misalnya menanami kembali daerah hulu sehingga bisa kembali menangkap air. Ada juga aspek kultural yang menyangkut kebiasaan atau pola hidup masyarakat. Menjaga sumber air dari sungai bisa dilakukan dengan hal sederhana, tidak membuang sampah ke sungai misalnya," ujar Hari.
Selain itu, ada beberapa upaya lain yang bisa dilakukan di rumah. Pertama, menggunakan kembali air bekas. Di rumah, kita bisa membuat penampungan air bekas, misalnya bekas mandi atau mencuci makanan. Ini bisa digunakan lagi misalnya untuk mencuci kendaraan, mengairi tanaman, menyiram kloset, atau menyiram atap untuk pendinginan suhu rumah.
Kedua, di level mikro, kita bisa membuat sistem resapan atau pemanenan air hujan. Ini sudah jamak dilakukan di daerah yang defisit air, tetapi juga sangat memungkinkan dilakukan di semua tempat. Caranya mudah saja. Kita bisa membuat instalasi sederhana. Air hujan ditampung dari atap, kemudian dialirkan ke saringan yang dibuat dari ijuk, pasir, dan arang batok atau arang kayu untuk menyaring kontaminan berbahaya.
Cara yang lain, kita bisa membuat biopori untuk mempertinggi kemampuan tanah meresapkan air. Tekniknya juga simpel. Anda hanya perlu membuat lubang silindris secara vertikal ke dalam tanah. Diameter lubang sekitar 10 sentimeter, dengan kedalaman 100 sentimeter. Jika Anda mau, mulut lubang bisa diperkuat dengan semen setebal kira-kira dua sentimeter di sekitar mulut lubang. Setelah lubang jadi, Anda bisa secara rutin mengisinya dengan sampah organik. Ini memberikan Anda dua keuntungan sekaligus. Pertama, resapan air menjadi lebih baik. Kedua, Anda bisa memanen kompos Anda secara berkala.
Jika Anda memiliki lahan untuk bertanam, pertimbangkanlah untuk menanam pohon-pohon yang dapat menyerap dan menyimpan cadangan air dengan baik. Beberapa contohnya adalah bambu, pohon beringin, dan rumput akar wangi. Serumpun bambu mampu menahan air hingga 500 liter. Pohon beringin dapat menyimpan cadangan air pada musim hujan dan mengeluarkannya pada musim kemarau secara teratur.
Kesadaran bahwa air adalah tanggung jawab setiap individu harus terus dibangun. Hanya dengan cara ini kita bisa menjaga keberlangsungannya. [NOV]
Sumber: Kompas, 22 Maret 2019
Komentar
Posting Komentar