Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2019

HUTAN ADAT: Merawat Tembawang, Merawat Kehidupan

Gambar
Emanuel Edi Saputra Hutan bagi suku Dayak tidak hanya aset ekonomi. Lebih dari itu, hutan menjadi simbol persatuan, spiritualitas, menyimpan nilai historis, dan ruang mentransfer pengetahuan antargenerasi. S embolon (44), warga Dayak Tae di Desa Tae, Kecamatan Balai Batang Tarang, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat, menapaki hutan di desa itu. Di lengannya tergantung wadah dari rajutan rotan yang oleh masyarakat setempat disebut ngkalakng . Saat tiba di pohon buah lokal yang disebut mpuak, Sembolon memanjat dan memanen buah itu, kemudian memasukkannya ke ngkalakng . Buah mpuak  itu bentuknya bulat berdiameter 4-5 sentimeter, kulitnya merah kecokelatan, isinya putih menyerupai manggis, dan rasanya manis. Selain buah mpuak , di hutan itu ada juga buah rambai yang kulit dan isinya putih menyerupai duku. Ada pula buah durian dan manggis. Selain buah-buahan, terdapat pula tanaman obat, misalnya daun patah kemudi untuk obat demam, sakit perut, dan bengkak. Selain itu, kumis kucing

Masih Ada yang Tertinggal

Gambar
Air bagi semua dan tak boleh seorang pun tidak mendapatkannya. Itu sulit tercapai jika melihat realitas komodifikasi air sebagai barang ekonomi dan akses tak merata. Hak asasi atas air jauh dari jangkauan. A genda Pembangunan Berkelanjutan 2030 menekankan keadilan, kesetaraan, dan memilliki moto no one left behind . Semua harus menikmati semua. Demikian juga tentang air. Air ialah sumber kehidupan dan kebutuhan dasar makhluk hidup. Maka, Hari Air Sedunia tahun 2019 diperingati tiap tanggal 22 Maret mengusung tema "Tak Meninggalkan Siapa Pun". Sasaran ke-6 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan yakni memastikan tercapainya ketersediaan dan pengelolaan air berkelanjutan bagi semua orang pada 2030. Target itu bermakna: tak seorang pun boleh tertinggal, semua mendapatkan. Pencanangan Hari Air Sedunia dilakukan sejak 1992, lebih dari tiga dekade lalu, tetapi hingga kini soal kebutuhan dasar hidup itu tak teratasi. Masalah ketersediaan air tak terbatas pada hal teknis, tetapi ada b

Lestarikan Air, Mulai dari Diri Sendiri

Gambar
USAHA pelestarian air membutuhkan keterlibatan semua pihak. Tak hanya pemerintah, masyarakat pun punya tanggung jawab yang sama besar, meski dalam lingkup yang lebih kecil. Ada banyak cara yang bisa kita lakukan untuk turut menjaga sumber daya paling berharga ini. Direktur Jenderal Sumber Daya Air (SDA) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Hari Suprayogi menekankan pentingnya peran masyarakat ini ketika diwawancarai pada Senin (18/3/2019). Hari mengatakan, upaya-upaya untuk menjaga air harus menyeluruh, mulai dari yang struktural sampai dengan nonstruktural. "Yang nonstruktural misalnya menanami kembali daerah hulu sehingga bisa kembali menangkap air. Ada juga aspek kultural yang menyangkut kebiasaan atau pola hidup masyarakat. Menjaga sumber air dari sungai bisa dilakukan dengan hal sederhana, tidak membuang sampah ke sungai misalnya," ujar Hari. Selain itu, ada beberapa upaya lain yang bisa dilakukan di rumah. Pertama, menggunakan kembali air

Lo Siauw Ging: Mengabdi untuk Kemanusiaan

Gambar
Erwin Edhi Prasetya Semangat melayani dan mengobati pasien masih menyala-nyala dalam diri dokter Lo Siauw Ging. Walaupun usianya sekarang menginjak 84 tahun, dokter tanpa tarif di Kota Solo, Jawa Tengah, ini masih ingin terus mengabdikan diri untuk kemanusiaan. " S elama saya masih bisa, saya akan terus bekerja," ujar dr Lo Siauw Ging MARS di Rumah Sakit Kasih Ibu, Solo, Jawa Tengah, Kamis (14/3/2019). Selain praktik di RS Kasih Ibu, dr Lo juga membuka praktik dokter umum di rumahnya di Jalan Jagalan No 27 Solo, setiap Senin-Sabtu pukul 16.00-20.00. Di usianya yang sudah senja ini, dr Lo masih melayani 20-30 pasien per hari. Ketika masih muda dulu, pasiennya bisa mencapai 100 orang sehari. "Pasien tentu sudah berkurang karena saya sudah tua," ujarnya. Dr Lo tidak pernah menetapkan tarif kepada pasiennya. Pasien dari kalangan masyarakat miskin tak dimintai bayaran sama sekali. Tidak hanya menggratiskan mereka, bahkan Lo juga menebus tagihan obat pasi

Berkah Makanan Berlebih

Gambar
Sejuta kata makanan tidak akan pernah mengenyangkan, begitu kata Tan Malaka. Tanpa tindakan nyata tak akan mengubah apa pun. Sebagian anak negeri berinisiatif mengumpulkan makanan berlebih untuk didonasikan kepada kalangan yang membutuhkan. Nasib makanan pun terselamatkan dari akhir di tong sampah. SAIFUL RIJAL YUNUS/AMBROSIUS HARTO/FRANSISCA ROMANA R amai celoteh anak rerata berumur 10 tahun terdengar dari sebuah rumah di kawasan Pademangan, Jakarta Utara, Minggu (10/3/2019) sore. Mereka tertawa, berteriak, saling ganggu, dan bermain dengan asyik. Bising suara mereka terdengar hingga keluar. Tetangga yang rumahnya berdempetan mengintip dengan senyum dari gang kecil yang hanya bisa dilalui satu motor. Suasana heboh mendadak surut saat sekitar 30 anak ini diarahkan untuk duduk rapi. Mereka berjejer memenuhi ruang tengah rumah yang juga Sekretariat Yayasan Kemah Kasih, rumah singgah tempat belajar karakter dan berbagai hal lain di kawasan padat penduduk ini. E

MAKANAN BERLEBIH: Jangan Buang-buang Makananmu ....

Gambar
Kita membuang terlalu banyak makanan. Coba cek tempat sampah di rumah: buah, sayur, ikan, daging, bumbu, juga makanan kemarin, bertumpuk. Amat jarang kini kita menerima teguran keras jika makanan di piring tak licin tandas. Beruntung, semakin banyak tangan kini terulur, rela mengurus "buangan" tak tersentuh, karena tergerak oleh fakta jutaan orang belum bisa makan dengan layak. T ahun 2017, Indonesia dinobatkan sebagai pembuang makanan terbesar nomor dua sedunia berdasarkan Food Sustainability Index yang dikembangkan The Economist Intelligence Unit. Satu orang membuang hingga 300 kilogram makanan setiap tahun.  "Peringkat pertama", menurut data itu, adalah Arab Saudi yang membuang 427 kg makanan per orang per tahun. Ironis, karena di sisi lain, 795 juta orang di dunia ini kelaparan.  Waste4Change, wirausaha sosial pengelolaan sampah, menyebutkan, berdasarkan pengalaman mereka, pesta pernikahan menyumbangkan sampah makanan terbesar. Dengan budaya jorjo
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...