Postingan

Soekarno & Mandela Melepas Perjalanan

Gambar
Pengantar: Wartawan HU "Pikiran Rakyat" Yusuf Wijanarko  melakukan perjalanan solo bertajuk Mapay Jabar. Berbeda dengan perjalanan biasa, petualangan kali ini dilakukan dengan mengelilingi Jawa Barat sembari memanfaatkan tumpangan gratis dari masyarakat. Perjalanan ditekankan pada prosesnya seraya memotret kehidupan masyarakat yang ditemui dengan sudut pandang sedekat mungkin. S ERUPA penyesalan, arti sebuah perbuatan juga baru didapati pada akhir. Entah apa tujuan perjalanan ini tapi setidaknya ada dua hal mendasar yang ingin dijawab. Pertama, benarkah kegiatan berwisata menikmati keindahan surgawi alam Indonesia--atau setidaknya Jawa Barat--hanya milik masyarakat dengan strata ekonomi menengah ke atas? Sebab, butuh pengorbanan waktu terutama biaya yang tak sedikit sehingga hanya mereka yang berpenghasilan besarlah yang dapat berlibur. Lain soal dengan masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah. Bagi mereka, berlibur dan bepergian masih tergolong sesuatu yang ter

Aryani Widagdo: Mendesain Pakaian Bebas Sampah

Gambar
Nina Susilo/Agnes Swetta Pandia Aryani Widagdo (71) mendorong banyak orang untuk mendesain pakaian yang minim sampah. Setelah puluhan tahun menekuni dunia mode, dia mendirikan Aryani Widagdo Creativity Nest yang bergerak di bidang riset, pendidikan mode, dan seni menjahit. Pandemi Covid-19 yang membatasi gerak hampir semua orang tidak menghentikan langkah Aryani. Aktivitas berbagi ilmu dari Aryani Creativity Nest di Surabaya, Jawa Timur, malah semakin luas dengan pelatihan secara daring. Aryani mengadakan pelatihan menjahit pakaian dengan cara zero waste fashion design (desain pakaian bebas sampah). Cara menjahitnya menggunakan pola tanpa rongga sehingga tidak menyisakan kain. Kalaupun tersisa hanya sedikit sekali, berupa benang-benang. Dengan cara ini, pakaian yang dihasilkan bebas sampah dan lebih ramah lingkungan. Aryani juga menggunakan kain tradisional, seperti lurik, batik, atau kain linen dari serat alami. Awalnya, dia mengajar dengan menggunakan pola karya desainer dari Patric

Ayo Berkebun di Halaman Rumah

Gambar
B erada di pekarangan rumah pasangan Rinny  dan Razad Binol , di kawasan Ciputat, selatan Jakarta, rasanya nyaman sekali. Halaman itu bukan cuma indah oleh rona tanaman hias dan pohon buah-buahan, tapi juga segar oleh berjenis sayur-mayur tipe dataran rendah, seperti kecipir, bayam, terung ungu, labu air, oyong, dan ... banyak lagi. Di pekarangan rumah Nyonya Yusma Subeno  di bilangan Rempoa, Jakarta Selatan, juga terdapat berbagai jenis sayur yang umumnya dijual di pasar-pasar tradisional. Tomat, terung jepang, daun katuk, daun kemangi, seledri, daun melinjo, sawi hijau, daun kencur, bayam, paria, kangkung, bahkan juga kol, selada, dan daun lectus  pelengkap hamburger . "Istilahnya ... untuk sekadar makan sayur sehari-hari, kami tinggal membeli garam dan terasi saja. Bumbu-bumbu dapur yang umum, seperti daun bawang, seledri, kunyit, dan lengkuas, juga tersedia di halaman," ujar Rinny. "Untuk keperluan sehari-hari, saya tinggal membeli beras," ucap Ny.

KULIAH KERJA NYATA: Penjernih Air untuk Membantu Transmigran

Gambar
F uad Atthoriq (22) mengangkat dua gelas. Satu gelas berisi air berwarna kecokelatan, sementara gelas lain berisi air bening. "Ini sama-sama air dari sungai di sini, tetapi yang satu sudah dimurnikan melalui beberapa proses," katanya. Fuad lalu menunjukkan instalasi penjernih air yang ia pakai untuk "menyulap" air kotor kecokelatan menjadi air bening tak berwarna. Instalasi yang terdiri atas sejumlah pipa dan bak penampung air itu terpasang di halaman belakang Puskesmas Rasau Jaya, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat (Kalbar). Sabtu (27/7/2019) sore, Fuad memperagakan cara kerja instalasi penjernih air tersebut. Fuad adalah mahasiswa Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, yang tengah melaksanakan Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN PPM) di Kecamatan Rasau Jaya. Dalam pelaksanaan KKN di Rasau Jaya, UGM bekerja sama dengan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi. Sejak 30 Juni hingga 18 Agus

Gerakan "Serba Kecil" Landa Amerika Serikat

Gambar
Myrna Ratna Sejak krisis finansial 2008, sebagian warga Amerika Serikat mengubah pola pikir dan gaya hidup mereka. Dari yang "serba besar" menjadi "serba kecil" dan membumi. H ampir sebagian besar warga Amerika selama ini meyakini moto "semakin besar, semakin baik". Tatanan konsumerisme telah membius mereka menganut gaya hidup yang serba besar dan berlimpah. Lihatlah porsi makanan di resto-resto cepat saji yang semakin lama semakin besar, pinggiran kota yang dipenuhi rumah-rumah megah dengan halaman luas, sampai pusat-pusat rekreasi dan mal yang dibangun di lahan ratusan hektar. Semua itu seakan lekat dengan simbol kemakmuran AS. Kini, fenomena itu perlahan berubah. Puluhan ribu keluarga di berbagai negara bagian di AS melakukan "revolusi mental" dengan meyakini bahwa less is more , semakin kecil semakin bermakna. Mereka beramai-ramai meninggalkan rumah superbesarnya dan memburu rumah mungil dengan ukuran kurang dari 40 meter perse

RICI SOLIHIN: "Saya Belajar Membuat Paprika Berkualitas Bagus"

Gambar
RICI Solihin, pemuda asal Desa Pasirlangu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat, tidak menyangka dari hobinya bermain game online Farmville menjadikannya sebagai petani. Rici yang merupakan jebolan jurusan Manajemen Universitas Padjajaran ini berbeda dari sarjana lain yang ingin kerja kantoran, pemuda 29 tahun ini lebih memilih untuk "pulang kampung" dan mengembangkan potensi tempat orang tuanya membesarkannya. "Saya dulu hobi bermain game online  yang bertani seperti Farmville, Harvestmoon, dan lain-lain. Ibu saya bilang daripada bertani di game  mending bertani langsung karena pasti lebih menghasilkan. Mulai dari situ saya mencoba untuk bertani paprika yang menjadi potensi di daerah saya," kata Rici di Jakarta, akhir April lalu. Berkat usahanya bercocok tanam paprika yang diberi nama Paprici ini, ia berhasil dinobatkan sebagai Microentrepreneur of the Year (pengusaha terbaik) di ajang Citi Microentrepreneurship Awards (CMA) 2018-2019 yang di

Muryani: Inovasi Destilator Sampah Plastik

Gambar
Defri Werdiono Sejak tahun 2009, Muryani (60) yang mengenyam pendidikan sampai kelas 1 SMP berhasil membuat destilator sampah plastik secara otodidak. Sembilan tahun terakhir, dia memproduksi destilator yang mengubah sampah plastik menjadi bahan bakar minyak sebanyak lebih dari 100 unit. Di tengah panas terik yang menerpa pinggir Kelurahan Wlingi di Kecamatan Wlingi, Kabupaten Blitar, Jawa Timur, Kamis (23/6/2019) siang, Muryani beristirahat sejenak. Dia sedang berada di kantor bank sampah tingkat kelurahan, tepat di sisi makam desa. Sementara itu, di bengkel kerja yang berlokasi tidak jauh dari Muryani berada, salah seorang anaknya, Diding Rulianto, sibuk menyelesaikan destilator pesanan konsumen. Alat itu dibuat secara manual. Dibantu oleh adik kandung Suripto dan Diding, Muryani membutuhkan waktu rata-rata 20 hari untuk membuat sebuah destilator. Satu unit mesin berkapasitas 10 kilogram sampah dijual seharga Rp 30 juta, kapasitas 30 kilogram seharga Rp 55 juta, da

Kala Orang Malu Terbang

Gambar
Dampak buruk perubahan iklim sudah terasa. Di Eropa dan Amerika Utara muncul gerakan bagi warganya untuk memilih tidak naik pesawat saat bepergian. S emua orang bisa berkontribusi mencegah dampak buruk perubahan iklim dengan mulai melakukan hal-hal kecil. Salah satu contohnya, tindakan yang dipilih keluarga Pia Bjorstrand, pengacara di Swedia. Mereka memilih tidak menggunakan pesawat terbang saat bepergian jauh. Alasannya, pesawat dinilai sebagai penghasil emisi gas rumah kaca yang besar. Ketika menjelajah bagian utara Eropa saat libur musim panas ini, bersama suami dan dua anak laki-lakinya, Bjorstrand memilih naik kereta, bukan pesawat terbang. Apa yang dilakukan keluarga Bjorstrand merupakan bagian dari gerakan kecil yang terus tumbuh di Eropa dan Amerika Utara. Gerakan itu mencoba berkontribusi mengatasi dampak perubahan iklim dengan apa yang mereka bisa lakukan, yaitu mengubah kebiasaan saat bepergian jauh. Di Swedia, negara asal aktivis perubahan iklim Greta Thunberg (16)
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...