Postingan

Menampilkan postingan dari 2015

Petrus Mehan: Memuliakan Lingkungan melalui Anakan Tanaman

Gambar
Tenda beratapkan daun kelapa dengan ketinggian 2 meter membentang seluas 5.000 meter persegi. Di bawah naungan tenda itu terdapat 35.000 anakan pohon dari 27 jenis tanaman, baik tanaman perkebunan, tanaman kehutanan, maupun tanaman hias. Anakan tanaman itu bakal menyebar di sembilan kabupaten di daratan Pulau Flores sampai Pulau Sumba dan Pulau Timor. OLEH KORNELIS KEWA AMA D alam setiap proyek penghijauan dan reboisasi di Nusa Tenggara Timur, ribuan anakan tanaman yang dibudidayakan Petrus Mehan sejak 1992 inilah yang digunakan. Ia memulainya pasca tsunami di Maumere dan sekitarnya. Ketika itu, ia memperhatikan hampir sebagian kawasan hutan di Maumere rusak parah akibat gempa bumi berkekuatan 6,5 skala Richter disertai tsunami. Pulau-pulau kecil di depan Maumere dan sekitarnya, seperti Pulau Babi, Pulau Pangabatang, dan Pulau Sukun, pun ikut rusak. Dijumpai di Kelurahan Baumekot, Kecamatan Kangae, 15 kilometer arah timur Maumere, Sabtu (5/12), Mehan tengah duduk memperbaiki a

Mencintai Bumi dan Berhemat Energi

Gambar
P ersoalan cadangan energi dan lingkungan yang kian tergerus makin nyata di depan mata. Namun, baru sebagian dari masyarakat yang merespons kondisi tersebut dengan langkah konkret seperti menghemat air dan memanfaatkan energi seefisien mungkin. Terbiasa hidup serba nyaman dengan segala kemudahan yang tersedia memang membuat diri sulit menjadi peka dengan realita dalam konteks yang lebih luas. Terlebih jika selama ini, air di rumah selalu berlimpah ruah, listrik selalu menyala 24 jam, dan tak pernah kehabisan ragam kebutuhan primer lainnya. Kesadaran pun perlu dibangkitkan dari dalam diri dan proses pendidikan anak di rumah menjadi jawaban. Tanpa ada perubahan, niscaya generasi mendatang bisa merasakan kenikmatan yang dirasakan hari ini. Pembaca Klasika Minggu pun berbagi saran dan tips dalam merespons persoalan hemat energi. "Anak-anak sudah mau mengerti, mau diajak berhemat. Mau diajak tertib, mulai dari meminimalkan penggunaan tas kresek, tidak membiasakan memakai t

Hemat Energi Berawal dari Rumah

Gambar
Sumber: Kompas, 13 Desember 2015

Langkah Kecil Menyelamatkan Bumi

Gambar
PLANET Bumi yang kita tinggali tengah mengalami penderitaan yang luar biasa. Pembabatan hutan terus berlangsung, eksploitasi sumber daya alam besar-besaran, pencemaran air dan udara, semua aktivitas manusia tersebut telah mencederai bumi. Saatnya kita mulai bertindak. Y A , Emisi chlorofluorocarbon (CFC) telah melubangi lapisan ozon yang menjadi pelindung umat manusia dari bahaya radiasi. Sinar matahari yang masuk ke bumi terkungkung efek rumah kaca akibat polusi asap industri, kendaraan, kebakaran hutan, dan sebagainya sehingga menyebabkan pemanasan global. Berbagai kegiatan manusia disadari atau tidak, turut berkontribusi menyebabkan gangguan pada alam. Es di Kutub Utara dan Selatan mencair. Badai, banjir besar, longsor, melanda berbagai kawasan, menyebabkan korban jiwa dan materi. Sebagaimana aksi kecil merusak telah berdampak besar bagi hancurnya keseimbangan alam, diperlukan pula aksi kecil membangun untuk menimbulkan gelombang kesadaran pentingnya menyelamatkan bumi. Ada

Belajar Sambil Bermain di Kebun

Gambar
M eski hanya berukuran mungil, sepetak taman di halaman depan atau belakang rumah bisa menjadi lahan bermain dan belajar untuk si kecil. Mengingat kembali peringatan World Soil Day yang jatuh pada 4 Desember 2015, ajak buah hati mencintai alam dengan belajar berkebun. Ajak si kecil menanam tanaman yang dipilihnya dan merawat hingga besar. Namun, tunggu dulu. Tanaman hidup subur bukan hanya karena disirami secara rutin. Pemberian kompos secara tepat juga menjadi salah satu pendukung utama. Membuat kompos sendiri? Tak jadi soal. Justru dari sini banyak hal lain yang dipelajari anak. Anak bisa berkenalan dengan konsep daur ulang, belajar mengurangi masalah pembuangan sampah rumah tangga, dan memahami lebih jauh soal proses alami dari pertumbuhan dan pembusukan. Bagaimana cara membuatnya? Ikuti cara pembuatan kompos secara sederhana berikut ini. 1. Siapkan kaleng untuk membuat kompos atau menggunakan drum. 2. Isi wadah dengan sampah daun dari kebun atau sampah dapur

Vania Santoso: Mengolah Sampah, Menghargai Manusia

Gambar
OLEH AGNES RITA SULISTYAWATY Sampah menjadi perhatian Vania Santoso (23) sejak 10 tahun silam. Ketekunan dan kegigihan mewujudkan mimpi membuatnya bisa merealisasikan bank sampah di Jemursari, Surabaya, serta tas berbahan daur ulang. Kini, usaha itu menghidupi dirinya berikut 10 anggota timnya. B erbagai penghargaan nasional dan internasional diperoleh Vania sejak di bangku SMP hingga kini, sebagai hasil konsistensinya mengurangi sampah. Tahun ini, Vania beserta tas merek Startic mendapatkan sejumlah penghargaan, antara lain menjadi satu dari enam pemenang Young Social Entrepreneur dari Singapore International Foundation, 23 Oktober. Sekilas, tas buatannya menyerupai tas merek ternama yang berbahan kulit sapi. Namun, jangan salah. Bahan baku tas ini memanfaatkan kantung semen yang sudah diolah sehingga penampilannya mirip kulit. Beberapa tas dibuat dengan kombinasi kantong semen dengan kain songket atau kulit sapi. "Dulu, saya dan tim tidak fokus membuat tas. Tas

Kreativitas: Manfaatkan Barang Bekas untuk "Charger"

Gambar
M ENIPISNYA cadangan energi fosil dan isu pemanasan global ( global warming ) membuat berbagai pihak mencari sumber energi alternatif. Melimpahnya cahaya matahari banyak dimanfaatkan menjadi energi alternatif yang dikonversi menjadi listrik.  Seperti yang dilakukan Indri Putri Khaerani (11). Murid kelas IV SDN Baros Mandiri 4 itu memanfaatkan panel sel surya dari kalkulator bekas yang sudah rusak untuk menangkap sinar matahari. "Idenya berawal dari susahnya cari colokan listrik buat mengisi ulang baterai handphone  di sekolah. Saya memang biasa bawa HP biar bisa berkomunikasi sama orang tua kalau mau pulang sekolah dan minta dijemput," ujarnya, Selasa (23/6/2015). Indri lalu melihat sejumlah kalkulator bekas yang sudah tak terpakai di rumahnya. Saat diperiksa dengan AVO meter, energi listrik masih dapat ditangkap dengan panel tersebut. Panel sel surya yang terdapat dalam kalkulator diambil lalu dibuat rangkaian listrik agar bisa menyimpan energi listrik den

Biopestisida: Pengendali Hama Ramah Lingkungan

Gambar
PENGGUNAAN pestisida sudah tidak dapat dipisahkan dari produksi pertanian saat ini. Petani percaya bahwa pestisida merupakan obat tanaman. D ENGAN menggunakan pestisida yang intensif dan dosis tinggi, tanaman dapat terhindar dari organisme pengganggu tumbuhan, bahkan mereka mencampurkan berbagai pestisida tanpa mengetahui OPT (organisme pengganggu tanaman) sasaran dengan konsentrasi tinggi. Dampaknya, terjadi resistensi OPT, peledakan hama baru, penumpukan residu bahan kimia dalam hasil panen, terbunuhnya musuh alami, pencemaran lingkungan oleh residu bahan kimia, dan kecelakaan bagi pengguna. Okke Rosmaladewi, doktor bidang Ilmu Pertanian dari Universitas Islam Nusantara (Uninus) Bandung mengadakan penelitian tentang biopestisida dalam pelaksanaan budi daya tanaman hortikultura ramah lingkungan. Biopestisida adalah pestisida alami yang bahan dasarnya berasal dari bahan hidup dan mudah didapat. Salah satu biopestisida terbuat dari tanaman sehingga disebut pestisida nabati. Pesti

Pekarangan untuk Ketahanan Pangan

Gambar
S ECARA global, daya beli yang semakin lemah jelas akan memengaruhi ketahanan pangan. Oleh karena itu, berbagai langkah pun dilakukan oleh pemerintah untuk mempertahankan ketersediaan dan akses masyarakat terhadap bahan pangan, di antaranya pemanfaatan pekarangan untuk budi daya tanaman pangan. Salah satu yang menggagas hal tersebut adalah Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan (Distanbunhut) Kabupaten Bandung. Sejak beberapa tahun lalu, instansi tersebut sudah menularkan penanaman berbagai jenis tanaman pangan dengan media polybag . Tidak hanya sayuran dan buah-buahan, tanaman padi yang menjadi makanan pokok masyarakat tanah Jawa pun mulai dibudidayakan dalam media tersebut. Kepala Distanbunhut Kabupaten Bandung Tisna Umaran mengatakan, saat ini pihaknya sudah memelopori pembudidayaan hampir seluruh jenis tanaman pangan dalam polybag  di pekarangan. "Kami contohkan lebih dulu di pekarangan kantor Distanbunhut dan kemudian menyebar ke kantor pekarangan dinas lain di lingku

AIR HUJAN RASA URBAN

Gambar
OLEH MAWAR KUSUMA & REGINA RUKMORINI Karena keadaan yang memaksa, warga desa sejak dulu terbiasa mengonsumsi air hujan. Tetapi belakangan para peminum air hujan meluas sampai ke kota seperti Jakarta. Masyarakat urban memperlakukan air jatuhan langit itu sebagai bagian dari gaya hidup sehat. D ari mulut ke mulut, konsumen air hujan yang disetrum menyebar ke sejumlah daerah, seperti Muntilan, Jawa Tengah; DI Yogyakarta; hingga luar Jawa, seperti Papua, Sulawesi, Sumatera, dan Kalimantan. Salah satu yang jatuh cinta pada air hujan terelektrolisis buatan sendiri di Jakarta adalah putri mantan presiden Abdurrahman Wahid, Inayah Wahid. "Saya sampai kaget karena ibu saya berpesan, jangan lupa habis shalat baca alhamdulillah banyak-banyak. Dikasih jalan lewat air hujan, insya Allah bisa sembuh, harus banyak bersyukur. Padahal, saya pikir ibu saya enggak peduli hal-hal kayak gini . Ibarat doa yang kejawab ," kata Inayah tentang konsumsi air hujan terionisasi itu. 

KOTA KENDARI: Membalik "Kutukan" Sampah

Gambar
OLEH MOHAMAD FINAL DAENG Sampah adalah "kutukan" yang dihadapi masyarakat perkotaan di segala penjuru bumi. Namun, khusus Kota Kendari, Sulawesi Tenggara, kini sudah membalik kutukan itu menjadi berkah karena penerangan dan kebutuhan memasak warga menggunakan energi dari pengolahan sampah. K ampung mungil di pinggiran Kendari itu sepi saat dikunjungi pada Senin (27/4) siang. Rumah-rumah kayu sederhana dengan warna cat seragam putih-biru berderet rapi di tepi jalan. Di salah satu sudut terpampang sebuah spanduk besar bertuliskan "Selamat Datang di Kampung Mandiri Energi". Seperti bunyi spanduk itu, mayoritas warga di kampung yang terdiri dari 126 rumah tersebut sudah tak pusing lagi akan urusan energi untuk keperluan masak dan penerangan. Hal itu berkat "tambang" gas metana (CH4) yang terletak tak jauh dari kampung. Kampung Mandiri Energi berlokasi sekitar 500 meter dari kompleks Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Puuwatu di Kecamatan Puuwatu, K

Soekarno & Mandela Melepas Perjalanan

Gambar
Pengantar: Wartawan HU "Pikiran Rakyat" Yusuf Wijanarko  melakukan perjalanan solo bertajuk Mapay Jabar. Berbeda dengan perjalanan biasa, petualangan kali ini dilakukan dengan mengelilingi Jawa Barat sembari memanfaatkan tumpangan gratis dari masyarakat. Perjalanan ditekankan pada prosesnya seraya memotret kehidupan masyarakat yang ditemui dengan sudut pandang sedekat mungkin. S ERUPA penyesalan, arti sebuah perbuatan juga baru didapati pada akhir. Entah apa tujuan perjalanan ini tapi setidaknya ada dua hal mendasar yang ingin dijawab. Pertama, benarkah kegiatan berwisata menikmati keindahan surgawi alam Indonesia--atau setidaknya Jawa Barat--hanya milik masyarakat dengan strata ekonomi menengah ke atas? Sebab, butuh pengorbanan waktu terutama biaya yang tak sedikit sehingga hanya mereka yang berpenghasilan besarlah yang dapat berlibur. Lain soal dengan masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah. Bagi mereka, berlibur dan bepergian masih tergolong sesuatu yang ter

Siti Rahmah: Berbekal Optimisme dan Semangat Membara

Gambar
BERKUNJUNG ke Makassar, boleh jadi akan membuat Anda lebih dari sekadar berwisata. Tak hanya suguhan panorama, perempuan Bugis bernama Siti Rahmah akan mengoleh-olehi Anda dengan pengalaman dan ilmu yang pastinya bermanfaat. Siapakah Siti Rahmah? P ERTENGAHAN  Januari 2015, Rahmah membawa pulang rasa bangga ke rumahnya di Kampung Juppangrang, Desa Pitusunggu, Kecamatan Ma'rang, Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan. Baru saja dia berjabat tangan dengan Presiden RI Joko Widodo. "Ternyata tangannya kasar juga," katanya diiringi tawa, membuka obrolannya dengan wartawan "PR", Amaliya , awal Maret ini, di rumah panggungnya. Bertempat di Istana Merdeka Jakarta, perempuan berkerudung itu menerima penghargaan nasional Adhikarya Pangan Nusantara. Dia dan kelompok taninya, Pita Aksi, dikategorikan sebagai pelaku pembangunan ketahanan pangan. Bertemu dengan presiden memang diimpikan lulusan sekolah menengah atas itu. Seseorang dari desa tetangga yang mendapat pen
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...