Kala Orang Malu Terbang

Dampak buruk perubahan iklim sudah terasa. Di Eropa dan Amerika Utara muncul gerakan bagi warganya untuk memilih tidak naik pesawat saat bepergian.

Semua orang bisa berkontribusi mencegah dampak buruk perubahan iklim dengan mulai melakukan hal-hal kecil. Salah satu contohnya, tindakan yang dipilih keluarga Pia Bjorstrand, pengacara di Swedia. Mereka memilih tidak menggunakan pesawat terbang saat bepergian jauh. Alasannya, pesawat dinilai sebagai penghasil emisi gas rumah kaca yang besar.

Ketika menjelajah bagian utara Eropa saat libur musim panas ini, bersama suami dan dua anak laki-lakinya, Bjorstrand memilih naik kereta, bukan pesawat terbang.

Apa yang dilakukan keluarga Bjorstrand merupakan bagian dari gerakan kecil yang terus tumbuh di Eropa dan Amerika Utara. Gerakan itu mencoba berkontribusi mengatasi dampak perubahan iklim dengan apa yang mereka bisa lakukan, yaitu mengubah kebiasaan saat bepergian jauh.

Di Swedia, negara asal aktivis perubahan iklim Greta Thunberg (16), gerakan mengubah perilaku saat melancong dengan memilih kereta api sebagai moda transportasi ketimbang pesawat sudah banyak dilakukan. Gerakan ini kemudian memunculkan istilah "flygskam" atau "flight shame".

"Saya lihat, perasaan bersalah (naik pesawat) sedang merebak," ujar Bjorstrand. "Beberapa teman mencoba tak menceritakan penerbangan jarak jauhnya kepada saya."

Terkait fenomena itu, maskapai penerbangan berargumen bahwa pesawat terbang hanya menghasilkan 2 persen dari emisi gas rumah kaca global. Belum lagi perkembangan teknologi yang memungkinkan penerbangan menjadi lebih efisien dalam penggunaan bahan bakar. Akan tetapi, dengan lebih murahnya tiket penerbangan di sejumlah negara, hal itu akan mendorong orang lebih sering terbang. Artinya, emisi yang dihasilkan oleh penerbangan akan terus naik.

Tahun 2013, maskapai penerbangan komersial menghasilkan 710 juta ton emisi karbon dioksida. Tahun ini, Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA) memperkirakan emisi karbon dioksida dari maskapai global akan mencapai 927 juta ton atau lebih dari yang dihasilkan dari negara industri seperti Jerman.

Memilih kereta

Apabila dibandingkan dengan kereta api, data emisi pesawat terbang itu sangat buruk. Perjalanan Bjorstrand dari Nykoping ke Kopenhagen, ibu kota Denmark, dengan kereta menghasilkan 2,4 kilogram karbon dioksida per orang jika dihitung dengan alat buatan Institute for Energy and Environment Studies. Dengan pesawat terbang, karbon dioksida yang dihasilkan adalah 118 kilogram per orang dalam satu perjalanan penerbangan. Padahal, angka yang disarankan ahli agar iklim dunia tetap berkelanjutan adalah 2.000 kilogram per orang per tahun.

Perjalanan dengan kereta itu memakan waktu 5 jam 30 menit, sementara jika dengan pesawat terbang 3 jam, termasuk transit. Namun, waktu perjalanan yang lebih lama tak jadi masalah untuk keluarga Bjorstrand. Ada banyak waktu bagi Oscar (9), si bungsu, untuk membaca buku komik yang dibawanya. Sementara Gabriel (11) sudah membawa bekal buku sejarah Perang Dunia II sebagai teman perjalanan. Jika bosan, hutan yang hijau dan danau di selatan Swedia menawarkan pemandangan yang indah untuk dinikmati.

Perusahaan kereta di Swedia, SJ, menyatakan, mereka menjual 1,5 juta tiket lebih banyak pada tahun 2018 dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Tak hanya tiket kelas ekonomi, tiket kelas bisnis pun meningkat, naik 12 persen pada triwulan pertama tahun ini.

Namun, penentangan terhadap flight-shaming tetap muncul. Seorang ilmuwan dari lembaga Postdam Institute for Climate Impact Research, Anders Levermann, meyakini, dunia perlu berhenti membuang karbon ke atmosfer pada pertengahan abad ini jika ingin menjaga kenaikan suhu rata-rata global di bawah 2 derajat celcius, seperti ditetapkan Kesepakatan Paris 2015.

Kebijakan politik

Akan tetapi, berhenti menggunakan pesawat terbang secara mendadak justru bisa merugikan masyarakat. Gerakan mengatasi dampak perubahan iklim tak boleh hanya terfokus pada perjalanan udara.

Cara yang lebih efektif untuk mengurangi emisi karbon adalah menekan para pemimpin politik agar mengambil kebijakan yang berdampak luas, tidak hanya mengandalkan rasa bersalah individu untuk mengurangi jejak karbonnya.

Ada harapan pemerintah, khususnya di Eropa, akan bertindak seusai pemilihan Parlemen Uni Eropa. Para pemimpin negara UE akan merumuskan strategi jangka panjang mengatasi perubahan iklim, termasuk menerapkan pajak bahan bakar penerbangan.

Mencoba menjawab sikap skeptis publik bahwa industri penerbangan bisa memenuhi target menurunkan setengah emisi karbon yang dihasilkannya pada tahun 2050, maskapai penerbangan menjadikan Pameran Kedirgantaraan Paris tahun ini sebagai etalase pembuktiannya. Pesawat ulang alik listrik milik Airbus dan pesawat hibrida yang didukung Airbus menjadi buah bibir.


Selain itu, startup Israel, Eviation, telah meluncurkan Alice, pesawat sembilan tempat duduk bertenaga baterai yang akan diuji coba pada akhir tahun ini. Bersama perusahaan pemasok, Safran dan Daher memamerkan model pesawat mereka, EcoPulse, pesawat yang membawa avtur dan baterai sebagai bahan bakar.

Semua pihak, baik individu, industri, maupun negara, telah memilih caranya sendiri-sendiri untuk mengurangi jejak karbon. Bagaimana dengan Anda?

(AP/REUTERS/ADH)




Sumber: Kompas, 22 Juni 2019

Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Postingan populer dari blog ini

HUTAN ADAT: Merawat Tembawang, Merawat Kehidupan

Masih Ada yang Tertinggal

MAKANAN BERLEBIH: Jangan Buang-buang Makananmu ....