Mencintai Bumi dan Berhemat Energi
Persoalan cadangan energi dan lingkungan yang kian tergerus makin nyata di depan mata. Namun, baru sebagian dari masyarakat yang merespons kondisi tersebut dengan langkah konkret seperti menghemat air dan memanfaatkan energi seefisien mungkin.
Terbiasa hidup serba nyaman dengan segala kemudahan yang tersedia memang membuat diri sulit menjadi peka dengan realita dalam konteks yang lebih luas. Terlebih jika selama ini, air di rumah selalu berlimpah ruah, listrik selalu menyala 24 jam, dan tak pernah kehabisan ragam kebutuhan primer lainnya.
Kesadaran pun perlu dibangkitkan dari dalam diri dan proses pendidikan anak di rumah menjadi jawaban. Tanpa ada perubahan, niscaya generasi mendatang bisa merasakan kenikmatan yang dirasakan hari ini.
Pembaca Klasika Minggu pun berbagi saran dan tips dalam merespons persoalan hemat energi. "Anak-anak sudah mau mengerti, mau diajak berhemat. Mau diajak tertib, mulai dari meminimalkan penggunaan tas kresek, tidak membiasakan memakai tisu, dan selalu membawa sampah jajanan ke rumah untuk dibuang. Kami tidak memperbolehkan mereka main gadget ketika televisi menyala. Bila kami tidur, lampu dimatikan. Cukup penerangan dari luar rumah. Kami rancang rumah dengan penerangan atau sinar matahari dan sirkulasi udara yang cukup," ujar Nurul Aini melalui akun Facebook.
Upaya utama adalah memahaminya secara konkret dan menerapkan pelbagai tindakan hemat energi di rumah. Jika dilakukan secara konsisten, sedari dini anak turut memahami pentingnya berhemat energi.
Cara mengajarkannya juga dimulai dari yang paling mudah. Seperti yang dilakukan @widyaantari yang berbagi melalui akun Twitter, mengajarkan anak untuk menutup keran air setelah mandi dan tidak menyalakan lampu pada siang hari. Sementara itu, Cucu Nurhasanah mencoba mengalihkan perhatian anaknya, Miqdad, dari televisi dan gadget dengan menggambar dan permainan simpel khas anak yang tumbuh besar pada era 1990-an. "Hal ini cukup untuk menghemat listrik. Begitu pun saat mandi, saya tak membiasakannya main air berlebihan, apalagi di musim kemarau. Meski sudah hujan, kami masih kesulitan air," paparnya yang ditujukan di akun Facebook Kompas Klasika.
Tindakan sederhana yang bisa berdampak besar. Saatnya mencintai bumi dan mengubah perilaku yang lebih hemat energi. Mulailah dari sekarang. [ADT]
***
BERHEMAT ENERGI SEDARI DINI
PERILAKU hemat energi perlu menjadi bagian dari gaya hidup. Mengenalkannya sejak dini pada si kecil pun menjadi cara efektif untuk menjadikannya kebiasaan dan menumbuhkan pemahaman pentingnya berhemat energi. Banyak cara untuk mengenalkannya, seperti yang dilakukan oleh pembaca Klasika Minggu berikut.
ANIS RAMADHANI
Rahma Zahwa Aulia kelas 3 SD pernah meminta saya untuk memasakkan mi untuknya. Dia meminta agar mi dimasak menggunakan air termos. Mungkin, dia sudah tahu tentang hemat energi. Mi yang dimasak berukuran mini, jadi sayang kalau pakai gas.
YATI KARYATI
Sejak Seha berumur 3 tahun, kami sudah mengajaknya berhemat energi. Ketika bangun tidur di pagi hari, saya ajak mematikan lampu di teras. Saat mandi, kami menggunakan air secukupnya. Siang hari saat nonton TV, kami batasi waktunya kurang lebih selama 1-2 jam. Meski terkadang masih menawar tambah waktu, tetapi lama-lama menjadi biasa. Sampai menjelang tidur, semua lampu ruangan dimatikan dan hanya menyala lampu teras dan lampu ruang tengah berukuran 5 watt.
@DEDEMEMANGOKE
Ketika anak mematikan keran, lampu, dan steker ketika tidak digunakan diberi stiker di buku yang bisa ditukar dengan hadiah.
Sumber: Kompas, 13 Desember 2015
Komentar
Posting Komentar