Tetangga yang Ada-ada Aja

ADA tetangga Lupus yang sok. Kalo anaknya sakit sedikit langsung dibawa ke rumah sakit dan yang dicari dokter spesialis. Makanya Lupus menganggapnya sebagai tetangga yang sok! Karena tetangga itu sering pamer kalo membawa anaknya ke dokter spesialis.

"Si Rio pulang sekolah kesandung batu, jalannya jadi pincang. Oom langsung panik. Tapi untung Oom punya kenalan seorang dokter ahli kulit. Langsung Oom anter ke sana. Tadinya Oom ingin Rio dirawat, tapi dokter bilang nggak usah. Tapi sebelumnya kaki Rio yang kena batu itu dironsen dulu! Terus pulang dari dokter kulit Oom mampir ke Dokter Johnson, kenalan Oom yang jago urusan penyakit jantung. Kenapa Oom mampir? Oom kuatir jantung Rio terganggu waktu Rio kesandung tadi ...."

Wah, wah, Lupus sampe sebel mendengarnya. Entah kenapa ada orang tua yang begitu sombong. Lupus tak habis pikir. Setau Lupus orang-orang sombong itu cuma anak-anak seusianya aja.

"Tetangga kamu yang sebelah mana sih, Pus?" tanya Uwi pengen tahu, pas diceritain Lupus di kantin sekolah.

"Itu yang rumahnya pas di pertigaan," kata Lupus.

"Orang kaya kali ya, Pus?" terka Happy.

"Tapi kan kalo kaya juga nggak boleh gitu-gitu amat," timpal Iko Iko.

"Udah, jangan ngomongin orang mlulu!" ujar Andy sambil sibuk ngaduk-ngaduk kuah bakso. "Mending ngomongin saya aja."

"Abis sombong banget sih!" kata Lupus lagi. 

Sebenernya Lupus tau ngomongin kejelekan tetangga nggak baik. Abis gimana, sombongnya kelewatan sih!

Dan tadi siang Lupus sempat kena sombongnya lagi.

"Pus, Pus ..." panggil si oom tetangga ketika melihat Lupus pulang sekolah.

"Ada apa, Oom? tanya Lupus.

"Hmm, Oom mau bawa Rio ke ICU di Rumah Sakit Pondok Indah nih."

"Oh ya? Emangnya kenapa?"

"Ya, begitulah. Oom mau minta tolong panggilkan taksi. Nggak apa-apa, kan? Kalo bisa taksinya yang ada asenya, ya?"

"Soal taksi gampang, Oom. Tapi Rio sakit apa lagi? Bukannya kemaren baru pulang dari dokter spesialis jantung?"

"Pilek," jawab si oom tetangga cuek.

Glek! Lupus kaget.

"Masa pilek aja dibawa ke ruang gawat darurat sih, Oom?" selidik Lupus.

"Oh, kamu belon tau ya kalo virus pilek itu berbahaya. Bisa menular!" jelas si oom tetangga.

"Tapi kan, Oom ..." Lupus berusaha mendebat.

"Rio harus ditaro di tempat yang steril, biar virusnya cepet mati dan nggak menular ke mana-mana ..." tambah si oom tetangga lagi.

Akhirnya Lupus nggak berkomentar apa-apa lagi. Dia cepet-cepet mencari taksi ke ujung jalan.

"Oom, apa nggak sebaiknya Rio diistirahatkan di rumah aja, terus diberi air jeruk hangat," kata Lupus setelah mendapatkan taksi.

"Ah, kamu ini ada-ada aja. Sudah ya, Oom berangkat dulu," ujar si oom sambil membawa Rio anaknya yang berusia lima tahun itu.

Esok harinya secara kebetulan sekali di sekolah Lupus ada penjelasan mengenai pentingnya membuat apotek hidup. Apotek hidup ini bukan berarti apotek yang bisa jalan-jalan. Yang dimaksud apotek hidup adalah tumbuh-tumbuhan yang bisa dijadikan obat-obatan. Banyak jenis tumbuhan yang bisa dijadikan obat, seperti daun pecah beling, kumis kucing, daun katuk, daun cincau, buah pare, dan masih banyak lagi macamnya.

Apotek hidup bisa membantu kita dalam menjaga kesehatan.

"Bahkan belon lama ini seorang dokter kesehatan gigi dari Universitas Pajajaran meneliti daun sirih yang sudah kita kenal bisa menyembuhkan radang gusi. Ternyata dugaan itu betul dan berdasar. Karena daun sirih mengandung minyak astirin dan tanin, yang bisa menekan bakteri sehingga plak di gigi tidak terbentuk. Selain daun sirih yang mujarab, diteliti juga jeruk nipis, biji pinang, lalu daun cengkeh, kulit buah delima, dan belimbing wuluh. Nah, semuanya itu bisa untuk obat," kata bu guru Lupus panjang-lebar. 

Lupus jadi ingat sama tetangganya yang hobi ke dokter spesialis.

"Coba kalo dia mau menggunakan obat-obatan tradisional ini, kan jadi nggak boros," katanya dalam hati. "Apalagi sekarang masih krismon!"

Di rumah Lupus cerita sama maminya perihal tumbuh-tumbuhan yang bisa dijadikan obat. Kata Mami, waktu Mami kecil juga sering dibikinkan ramuan-ramuan sama Nenek.

"Kalo kita sakit nggak perlu ke dokter, kan?" tanya Lupus.

"Bukan begitu maksudnya. Obat-obatan tradisional seperti itu cuma untuk mengobati penyakit-penyakit ringan aja. Masa iya ada orang geger otak terus disuruh minum jamu! Kan nggak bisa. Nah, dokter tetap kita perlukan," jelas Mami.

"Tapi tetangga yang satu itu, anaknya pilek sedikit aja udah dibawa ke ruang gawat darurat," kata Lupus.

"Ya dia kan emang gitu. Mungkin karena terlalu sayang ama anaknya."



Sore harinya Lupus iseng jalan-jalan menyusuri kompleks. Kebetulan di sana dia bertemu Rio yang sedang duduk di pinggir lapangan basket. Wajahnya meringis.

"Kenapa kamu, Rio?" tanya Lupus menghampiri Rio.

"Gigi saya sakit Kak Lupus ..." jawab Rio.

"Kamu sering makan permen, ya?" kata Lupus lagi.

"Iya, Kak," jawab Rio lagi.

"Kenapa nggak bilang papa kamu, biar dibawa ke dokter spesialis," usul Lupus.

"Papa lagi pergi. Mama juga. Di rumah cuma ada pembantu. Pembantu nggak bisa mengantar Rio ke rumah sakit."

"Mau nggak Kak Lupus obati?" tawar Lupus.

"Mau." 

Lupus inget ajaran Bu Guru di sekolah tadi untuk menyembuhkan sakit gigi bisa dengan menggunakan rendaman air daun sirih. Dikumur-kumur, nanti nyut-nyutnya bisa sedikit berkurang. Apalagi sakit gigi Rio belon parah.

"Yuk, kumur-kumur di rumah kamu ..." ujar Lupus setelah mendapatkan beberapa lembar daun sirih.

Dan waktu Rio asik kumur-kumur, tau-taunya papa dan mamanya datang.

"Eh, ada apa nih? tanya papa Rio berang. "Daun apa ini?"

Lupus kaget. "A-anu, Oom, gigi Rio nyut-nyutan dan saya suruh kumur-kumur pake air daun sirih."

"Kamu ini apa-apaan sih, masa daun sirih buat obat sakit gigi! Takhayul kamu ini!" papa Rio jelas nggak suka.

"Papa, jangan galak gitu dong sama anak orang," bela mama Rio.

"Tapi, Ma, Rio seharusnya menunggu kita pulang. Biar Papa antar ke rumah sakit," kata papanya Rio.

"Ya, mungkin kalo menunggu kita pulang sakit giginya malah bertambah parah. Ini kan cuma pencegahan aja, Pa. Lagian Papa ini kok hobi sekali sih ngajak anak ke rumah sakit, ke dokter spesialis lagi. Kita harus ngirit, dong, Pa!" bela mama Rio lagi.

"Demi anak, Papa nggak perlu ngirit-ngirit!" ujar si oom tetangga keras kepala.

"Papa jangan gitu dong!"

Lupus jadi enggak enak ngelihat oom tetangga dan istrinya jadi berantem mulut.

"Daun ini bisa menyembuhkan radang gusi karena pernah diteliti dokter Universitas Pajajaran," ujar Lupus coba menenangkan suasana.

"Bener begitu?" tanya oom tetangga, mulai tertarik pada keterangan Lupus.

"Ya, Oom," kata Lupus. "Banyak lagi obat-obatan dari tumbuhan yang bisa dijadikan obat," tambah Lupus lagi.

"Tuh kan, Pa. Jadinya kita nggak perlu keluar biaya besar untuk penyakit kecil aja," sela mamanya Rio.

"Iya juga sih," kata oom tetangga mulai luluh. "Abis kadang-kadang saya sebel juga kalo ke dokter spesialis. Udah bayar mahal-mahal, cuma dikasih nasihat aja!"

"Jadi mulai sekarang Oom nggak akan membawa Rio ke dokter spesialis andai Rio terserang penyakit ringan?" tanya Lupus.

"Ya, begitulah," desah si oom tetangga, diiringi senyum sang istri.

"Tapi kok cepat sekali sadarnya?" ujar Lupus jadi heran.

"Kalo nggak cepet sadar nanti ceritanya nggak abis-abis! Hehehe," ujar si oom tetangga sambil terkekeh-kekeh. Istrinya juga ikut tertawa. Rio juga.

Sedang Lupus cuma bisa geleng-geleng kepala. "Ada-ada aja nih tetangga ...."



Cerita ini terdapat dalam Lupus Kecil: Guruku Maniiis Sekali karangan Hilman dan Boim (Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1998)

sumber gambar: Goodreads

Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...